Monday, April 23, 2007

Rockabilly, 1996

We all came down to Montreux
on the lake Geneva shoreline

...
but some stupid with a flare gun
burned the place to the ground

- Smoke on the Water, Deep Purple


“Aku bertaruh demi nasib sial Van Gogh dan Bonnard,
seekor angsa mati di matamu kulihat.”
Pelukis jalanan itu meneropong retinaku sambil
membersihkan kanvasnya yang melompong.
“20 Swiss Franc saja, dan akan kulestarikan
kematiannya menjadi baka.”

Aku tak punya uang sebanyak itu
untuk mengubur seekor angsa
yang bahkan tak pernah kudengar suara paraunya.
“Kau menerima plastik?” tanyaku
sambil membuka dompet yang dipenuhi
tagihan kenangan masa lalu.

Ia menggeleng, pucat, “Di sini, mereka tak lagi mengenal barter
jika perutku sedang khianat,” sahutnya menunjuk
deretan resto yang berdiri angkuh di seberang jalan.

Maka kulanjutkan perjalanan
menembus udara yang dipenuhi aroma bir
menguar dari lusinan pengelana gondrong bergelambir
yang mencangkung di atas barisan motor besar.

Tiga ekor camar berpacu di atas kepalaku
menuju danau perak yang apatis
dipanggang musim panas dan tumpahan residu
nadanada kromatis warisan Miles Davis.

Petang itu kuhabiskan waktu siasia
mencari sepasang angsa di tengah telaga
sampai gelap terjerembab menjelma pekik lirih
dawaidawai gitar yang meninabobokan perih

Esok paginya kutemukan lagi pelukis itu
di sepotong ruas jalan tersembunyi
yang disulapnya menjadi galeri.
“Kini kulihat dua angsa mati di matamu,”
katanya cuek seraya merapikan tubetube cat.
“15 Swiss Franc bolehlah kalau kau percaya, sobat.”

Kali ini aku mengangguk dan segera duduk
di depannya mengail tanya. “Mengapa sekarang
ada dua bangkai di mataku yang terhidang?”

Kuas di tangannya bergerak cepat mencuri merah saga
di palet yang dipindahkannya dengan segores tawa
“Belumkah kau dengar bahwa di tempat ini,
ya persis di belakangmu ini,
mereka pernah membakar telaga menjadi abu
dan menyimpannya dalam pitapita suara
masa remajamu?”

Aku palingkan wajah, berharap temukan jenazah
asap yang dikuburkan di mana entah.

Pelukis itu memborehkan warna ungu
untuk menuntaskan karyanya. "Dan setelah
kebakaran besar itu," ia menatap lukisan
dan wajahku bergantiganti, "ratusan angsa ditemukan
mati terpanggang berdekapan

di mata para pemimpi seperti dirimu."

2007

No comments: